Laman

Thursday, September 21, 2017

Mungkinkah Anak Kita Menjadi Korban, Pelaku atau Saksi Bullying ?



Saat hadir diacara Temu Blogger KEB bersama Sinarmas MSIG Life, beberapa waktu lalu di JSC Hive workspace sebenarnya kami tidak hanya membicarakan masalah keuangan semata, tapi ada 1 topik yang juga sangat menarik yang bakalan saya ceritakan disini, yaitu masalah bullying pada anak.

Baca juga tulisan saya Yuk, Atur Uangmu Agar Tidak Terjebak di Lingkaran Middle Income Trap

Sesuai tema acara " Smart Mom, Protect Your Family's Smile" jadi tak heran kalau masalah bullying ini yang diangkat dan menjadi bahan diskusi kami para Emak blogger, bersama seorang Psikolog yang juga Ibu Vera Itabiliana Hadiwidjoyo S.Psi.




Gemes, sedih, sekaligus miris yah kalau kita baca berita tentang anak-anak yang melakukan bullying , masih ingat kan berita tentang anak kelas 2 SD di Sukabumi, Jawabarat yang dipukul teman sebayanya hingga meninggal dunia, kita yang mendengar berita itu seperti tersentak " koq bisa sih?" pasti itu pertanyaan yang terbersit dalam hati kita.

Masalah bullying ini memang sangat masiv  dalam kehidupan sosial anak-anak kita, tapi sebenarnya apa sih yang di maksud dengan bullying itu sebenarnya.


Menurut Ibu Vera, bullying adalah aktifitas berbentuk kekerasan dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental dengan menggunakan kekuatan superiornya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, dan ini dilakukan berulang

Jadi bisa dikatakan bullyng terjadi antara si lemah dan si kuat, saat keadaan tidak seimbang, kalau kedua-duanya seimbang, bukan bullying namanya, tapi perkelahian, dan ini yang sering kali para orang tua salah mengartikannya.

Tapi apapun itu bentuknya bullying ataupun perkelahian keduanya tidak bisa dibenarkan dan sangat tidak baik buat perkembangan anak-anak kita, beberapa akibat buruk timbul dari perilaku bullying ini, mulai dari anak enggan bersosialisasi dan berangkat sekolah, tidak bersemangat sampai yang terparah ada keinginan bunuh diri pada si anak.

bullying bisa dilakukan secara :
  • verbal ; ucapan, cacian.
  • fisik : memukul atau melakukan kekerasan fisik.
  • cyber bullying : bullying yang dilakukan leat media sosial.

Sebenarnya ada 3 peran penting terjadinya bullying ini, yaitu Pelaku-Korban- Saksi/Penonton, menjadi salah satu dari ketiganya ini bisa dianggap terlibat dalam praktek bullying, semoga anak-anak kita terhindar dari ke3 peran ini yah..

Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dari ketiga peran itu, semuanya saling mendukung terjadinya bullying, itulah sebabya bisa dibilang ketiga peran itu harus dihindari.

Yang membuat miris terkadang banyak orang tua yang tidak menyadari peran yang dilakukan anak-anaknya, dan bahkan ketika anak menjadi korban atau pelaku sekalipun, ada orang tua yang baru sadar ketika kondisinya sudah sangat parah, apalagi kalau si anak cuma menjadi penonton / saksi, dan hal ini biasanya terjadi saat ada dikomunikasi yang terhambat antara orang tua dengan anak. 

Ada beberapa tips yang mungkin bisa di lakukan seandainya anak kita terjebak dalam perilaku bullying ini :

Kalau anak kita adalah korban bullying.
Kenapa anak kita bisa menjadi korban bullying ?
  • Terlihat lemah
  • Terlihat penakut
  • Berbeda dengan teman-temannya
  • Berada ditempat dan waktu yang salah ( kebetulan saja)
Sangat tidak mudah menerima kenyataan kalau tahu anak kita menadi korban bullying, kesel, marah itu pasti, tapi hal yang paling penting adalah memposisikan diri kita sebagai orang tua korban, yang sebisa mungkin membuat solusi bukannya malah memperkeruh masalah.

Bicara dengan anak kita, coba dengarkan dia, jangan potong pembicaraanya, jangan menambah bebannya dengan kembali membullynya 

" kamu sih.. takutan anaknya, masa digituin diam aja" atau " lawan donk.. masa enggak berani'

Dijamin anak kita akan berhenti membicarakan masalah bullying yang diterimanya, dan itu artinya masalah selesai ? tidak! malah akan lebih buruk lagi.

Bicarakan dengan orang tua si pelaku bullying, tidak mudah memang, kemungkinan besar orang tuanya tidak akan terima kalau anaknya disebut pembully, tapi mengungkapkan kebenaran itu akan lebih baik, jadi paling tidak orang tua pelaku sudah tahu kalau anaknya melakukan tindakan bullying. 

Bicara dengan Guru atau pihak sekolah, bila perilaku ini terjadi disekolah, bicarakan hal ini dengan guru yang paling berkepentingan, seperti wali kelas atau guru BP.

Lakukan pendekatan psikologis profesional, ajak anak konsultasi ke Psikolog kalau memang ada trauma yang kita tidak bisa menanganinya.


Kalau anak kita adalah pelaku bullying

Kenapa anak kita menjadi pelaku bullying ?
  • Merasa paling kuat
  • Merasa keinginannya terpenuhi dengan melakukan perilaku bullying
  • mendapat pengaruh dari lingkungan dan role modelnya.
  • Iseng saja
Mendengar kalau anak kita adalah pelaku bullying memang sangat tidak mengenakkan, apalagi biasanya orang tua korban akan balik melakukan perilaku bullying pada anak kita, tapi berbesar hati dan berusaha mencari solusi adalah cara terbaik.

Bicarakan dengan anak, jangan menekannya, ini akan membuatnya intens melakukan perilaku bullying sebagai bentuk pelampiasan,  dengarkan alasan mereka dan berusahalah menyampaikan kalau dibully itu tidak enak, juga paparkan akibat yang akan diterima oleh anak yang telah dibullynya.

Sebisa mungkin hindarkan anak melihat secara visual segala bentuk kekerasan yang bisa mempengaruhi perilakunya.

Pekalah terhadap perubahan anak kita, habiskan lebih banyak aktu bersamanya, ini akan membuat anak akan merasa dicintai dan akan membuat anak enggan melakukan perilaku bullying.

Kalau anak kita penonton/ saksi bullying

Kalau ini sebenarnya pernah kejadian pada anak saya Ali, waktu itu saat dia masih duduk di kelas 4 SD, secara tidak sengaja dia cerita kalau ada temannya yang dipukuli anak sekolah lain yang usianya lebih besar, tanpa bersikap menekan interogasi dan menekan, akhirnya saya dapat informasi banyak dari Ali, dan bisa saya sampaikan ke guru kelasnya.

Saat itu Ali hanya berkata " cuman nonton aja sih..ga berani deket, entar malah di gebuk juga"

Padahal peran penonton atau saksi ini juga penting, pelaku seperti mendapat keberanian lebih untuk melakukan bully dan mendapat dukungan dari mereka, jadi saat tahu anak kita menjadi penonton ini sebisa mungkin minta mereka untuk mencegah atau paling tidak melaporkan apa yang mereka lihat kepada orang dewasa, bisa orang tua atau Gurunya.

Tanamkan pada mereka kalau perilaku bullying itu bukan hal keren yang perlu disoraki, itu adalah kejahatan, dan seorang yang hebat itu yang bisa mencegah kejahatan.

Yang harus orang tua lakukan agar anak-anak menghindari perilaku bullying :

  •  Jalin komunikasi yang intens dengan anak, jadikan kita orang yang pertama tahu apapun mengenai anak kita.
  • Tanamkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh
  • Sepakati pengasuhan berdua yang kompak antara suami dan istri
  • Khusus untuk Ayah, tanggungjawabnya lebih besar, pantau terus perkembangan anak-anak dan berusahalah jadi imam yang baik, hadirkan sosok Ayah yang sebenarnya dirumah.
  • Ajak anak bijak berteknologi informasi, karena pengaruh sosial media sangat besar terhadap perkembangan anak saat ini.


3 comments:

  1. materi kemarin bermanfaat banget mbak, jadi makin paham bahwa bullying bukan hanya cerita korban tapi msh ada pelaku dan saksi ya

    ReplyDelete
  2. Bulliying sangat dalem y mba untuk spikis ank, kadang scra tidak sadar orangtua jg pemicu y

    ReplyDelete
  3. Kalau kita mah kebal ya Bun ga mempan di bully, sosok atuh, monggo bully asal kalian tahan. Yang kasihan kalau anak-anak jadi murung.

    ReplyDelete