Beberapa waktu yang lalu saya mengalami satu musibah, enggak serius sih.. tapi cukup membuat hati ini sedih, pasalnya sepeda anak kedua saya Ali hilang entah kemana, seharian kami mencarinya di semua sudut gang dilingkungan kami tapi tak juga ketemu dan akhirnya saya dan Ali harus pasrah kalau sepeda itu memang benar-benar hilang.
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan sepeda itu, beberapa bulan yang lalu saya mendapatkannya dari salah satu undian susu kemasan, dengan hanya mengirimkan 5 buah amplop undian, tapi memang dasarnya rejeki, dari kelima amplop itu salah satunya keluar sebagai pemenang dan mendapatkan sepeda yang kalau diuangkan nominalnya lumayan, sekitar 900 ribuan, lumayan kan?
Tapi mungkin karena cara mendapatkan sepeda itu begitu mudahnya, istilahnya hanya bermodal tak lebih dari 20 ribu dapat sepeda, hal ini yang membuat anak saya Ali sedikit meremehkan keberadaanya, apalagi warna cat sepeda itu juga dirasa kurang sreg dihati.
Berkali-kali Ali terkesan ogah-ogahan dengan sepeda itu, bahkan beberapa kali dia seperti sengaja meninggalkannya di masjid saat pulang sholat, atau kadang iseng tukeran sepeda dengan temannya yang kalau saya lihat sepedanya tak lebih bagus dari milik Ali.
Dan akhirnya bencana itu datang, suatu pagi kami baru menyadari kalau sepeda hadiah itu hilang, seperti lirik sebuah lagu :
Bila sudah tiada ..baru terasaaaa
Beberapa hari Ali akhirnya hidup tanpa sepeda dan itu merupakan siksaan buat dia, karena memang dia kemana-mana harus bergoes ria, sekolah, ngaji, ataupun main, selalu lengket dengan sepeda yang awalnya tidak dianggap itu,
Sedih sudah pasti, saya juga, apalagi saya sengaja tidak langsung membelikan sepeda yang baru untuknya, sedikit memberikan pelajaran tentang arti memiliki dan bersyukur atas apa yang kita miliki sepertinya tepat sekali saya terapkan pada Ali di saat ini,
Saya tak perlu mengomel panjang lebar, yang saya yakin juga engak bakal didengar atau mungkin enggak masuk kepengolahan data diotaknya kalau terlalu banyak kata yang saya keluarkan, jadi saya membiarkan keadaan yang mengajarinya untuk lebih menghargai sesuatu.
Sebenarnya kasihan juga melihat Ali luntang-lantung tanpa sepedanya buat beberapa hari, tapi saya bertekad untuk tetap menunda membelikannya sepeda baru untuk sekitar seminggu kedepan, dan sambil sesekali saya ingatkan betapa berjasanya sepeda yang hilang itu buat dia.
Setelah seminggu penuh kesuntukan dengan tanpa sepeda dan hanya membonceng temannya yang punya sepeda, akhirnya saya merasa pelajaran ini cukup, setelah bernegosiasi dengan menambahkan jumlah ayat Al-Qur'an yang harus dibacanya setiap hari akhirnya kami membuat kesepakatan untuk membelikan Ali sepeda.
Saya berpikir ternyata kadang anak juga perlu dikenalkan dengan arti kehilangan agar mereka bisa mensyukuri apa yang telah mereka miliki, dan selalu menyediakan apa yang mereka inginkan bukanlah bentuk kasih sayang tapi hanya membuat mereka manja dan lupa bersyukur.
Mamanya pinter nih.. Hukumannya dgn membaca Al Quran ya. Memang kalo dapatnya mudah, jadi malas menjaganya. Tfs, maa...
ReplyDeletepadahal kalau sudah hilang sedihnya minta ampun..;)
DeletePengalaman tetep guru yg terbaik ya mak....
ReplyDeleteSetuju Mbak..
DeleteAnak-anak memang harus diajari bersyukur sejak dini agar menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat itu berasal dari Tuhan.
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
Terima kasih Pakde..
DeleteWah, negosiasi dengan "nambah ayat Al-Qur'an yang harus dibaca" itu terhitung luar biasa, mendidik sekaligus ngajarin berkomitmen. Pelajaran bersyukur emang paling pas didapet dari pengalaman, dengan begitu kita bisa ngambil hikmahnya langsung. :-)
ReplyDeleteIya Mas.. anak-anak kalau ada targetnya biasanya semangat.
DeleteDuh, bila sudah tiada akan terasa itu makjleb banget ya Mbak. Semoga mendapat gantinya ya, Ali
ReplyDeleteAmiiin.. Alhamdulillah sudah dapat meski engak sebagus yang hilang :)
DeleteMungkin karena dapatinnya mudah, ya? Tapi menunda membeli sepeda sangat mendidik lho. Mengajari dia menghargai dan bersabar. :)
ReplyDeleteCara yang bagus banget ya mba, inspiratif banget tulisannya.
ReplyDeleteCara yang bagus banget ya mba, inspiratif banget tulisannya.
ReplyDeletemak lubena keren...cara didiknya, hukuman yang kaya gitu lebih manfaat dari sekedar diomelin..ya, misnya harus hafal doa makan, hafal perkalian dll..
ReplyDeleteinspiratif ...
Wah, keren sekali cara ibu mengajari Ali untuk bersyukur. Salut :)
ReplyDeleteWah, keren sekali cara ibu mengajari Ali untuk bersyukur. Salut :)
ReplyDelete